Selasa, 18 Maret 2014

JR 13 # '' ETIKA BISNIS UNTUK RETAIL ''

Tantangan Etika Dalam Retail

Beberapa teknologi kadang berkembang lebih cepat dibanding dengan kesiapan konsumen dalam mempergunakanya. Misalnya berbelanja via internet. Kecenderungan yang ada tidak sekedar tidak mampu menggunakan namun terletak pula pada kepercayaan konsumen dalam menggunakannya.

Selain itu teknologi tinggi tidak semua retail mampu mengadopsinya, mungkin saja hanya retailer besar yang bisa ''membeli'' teknologi demikian.

Beberapa contoh teknologi dalam usaha retail
  • e-Commerce
  • Barcode-Reader
  • ATMs
  • Debit Card
  • a Self-Checkout Station
  • Delivery Service
  • Credit Card
  • etc ...
Tantangan etis yang dihadapi pengecer masuk dalam tiga kategori yang saling berhubungan, yaitu ; etika, tanggung jawab social dan perlindungan konsumen.
 
  • Etika (ethic ) berhubungan dengan prinsip moral dan niali-nilai dari perusahaan.
  • Tanggung jawab social ( social responsibility )bertalian dengan acting untuk atau agar bermanfaat bagi masyarakat.
  • Perlindungan konsumen ( consumerism protection ) memerlukan perlindungan hak konsumen.
''Perilaku Baik '' didasarkan tidak hanya dalam praktek perusahaan, tetapi juga pada harapan dan norma-norma dari masyarakat dimna bisnis tersebut berada.


Etika ~ Ethics

Dalam berhadapan dengan konstituennya ( yaitu pelanggan, masyarakat umum, karyawan, para pemasok, pesaing, dan yang lainnya ), pengecer harus mempunyai suatu moral / etika.

Ketika suatu retailer mempunyai etika, ia bertindak dengan cara yang penuh kepercayaan, adil, jujur dan hormat dengan masing-masing konstituennya.

Untuk mewujudkan hal ini, para eksekutif perusahaan harus dengan jelas mengartikulasikan ke karyawan perilaku seperti apa yang bisa di terima dan perilaku mana yang tidak dapat diterima.
seringkali, ada perilaku yang mungkin saja masyarakat menganggapnya tak pantas tetapi hokum tidak melarangnya.

Beberapa pengamat tidak etis pada beberapa aktifitas berikut ini, bahkan kadang illegal juga ;
  • Peningatan harga pada produk yang langka setelah bencana alam seperti angina topan atau gempa bumi.
  • Tidak mempunyai stock yang cukup ketika suatu penjualan diiklankan.
  • Membebankan harga yang mahal lingkungan yang berpendapatan rendah, sebab konsumen disana tidak mempunyai mobilitas transportasi untuk berbelanja keluar daerah mereka.
  • Menjual tembakau dan alcohol pada anak-anak
  • Mempunyai tenaga penjualan yang seperti pengamat / peneliti pasar ketika dikaitkan dengan telemarketing.
  • Adanya fitnah pesaing
  • Produk lama diperbaharui seperti baru.
  • Memaksa karyawan untuk mendorong perolehan high-profit kepada orang yang belanja, sekalipun mereka tidaklah baik untuknya.
  • Menjual informasi dari data base pelanggan.
Beberapa asosiasi perdagangan mensosialisasikan kode etik kepada perusahaan anggotanya. sebagai contoh The Direct Marketing Association ( DMA ) memiliki kode etik yang harus dipatuhi membernya.
Berikut ini beberapa ketentuannya :
  1. Semua penawaran harus jelas bersih, lengkap dan jujur.
  2. Peremehan atas orang atau kelompok dengan alas an ras, warna kulit, agama, asal Negara, jenis kelamin, status perkawinan, atau umur tak dapat diterima.
  3. Tidak menawarkan hal yang pantas untuk orang dewasa, kepada anak-anak. Hanya kepada orang dewasa.
  4. Semua konsep pemasaran langsung perlu mengungkapkan nama sponsor dan manfaat dari suatu kontak pemasaran. Tidak seorangpun membuat penawaran atau sosialisasi menggunakan kedok / samara dalam riset atau survey ketika tujuan yang real tersebut sangat menjual jasa atau barang-barang atau dapat menaikan dana.
  5. Hadiah undian harus diiklankan secara jelas, jujur, dan lengkap sehingga konsumen dapat mengetahui secara pasti tentang penawaran tersebut.
  6. Barnag daganagn tidak boleh dikirimkan tanpa ijin pelanggan yang menerima pertama kali.
  7. Para telemarketer harus menghapus nama pelanggan dari daftar telepon perusahaan ketika diminta oleh individu.
  8. Pemasar langsung perlu mempertahankan standarisasi yang telah ditetapkan Better Bussines Bureau dan semua hokum pemerintah harus diterapkan.
Tanggung Jawab Sosial
 
Retailer yang memperlihatkan tanggung jawab social akan melakukan aktifitas kepada masyarakat sebaik mungkin seperti halnya pada diri sendiri. tantanganya adalah menyeimbangkan tingkatan laba yang adil untuk pemegang saham, manajemen dan karyawan.
 
Beberapa format tanggung jawab social adalah memberikan cost-free bagi anggota perusahaan, seperti karyawan yang mempunyai andil dalam kegiatan peristiwa masyarakat atau juga turut membuang sisa buangan dengan cara yang sangat hati-hati.
 
Beberapa aktifitas yang membutuhkan biaya mahal, adalah penyediaan doanasi keuangan ke organisasi amal atau jasa, menjelaskan produk kepada sekolah, memberikan pinjaman kursi roda untuk orang cacat.
 
Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen melibatkan aktifitas pemerintah, bisnis dan organisasi mandiri yang dirancang untuk melindungi individu dari praktek yang mengganggu hak mereka sebagai konsumen.
Retailer harus menghindari praktek bisnis yang melanggar hak ini.

Berikut ini beberapa pertimbangan yang mendasarinya :
  1. Perusahaan ketika merasa konsumen diutamakan dan tidak belanja kepada retailer yang terlihat tamak.
  2. Dikarenakan konsumen lebih selektif dan banyak mengetahui dibanding dimasa lalu, pengecer harus menawarkan hal-hal yang mengandung nilai keadilan, menyediakan informasi terperinci, dan siap menangani keluhan / pertanyaan konsumen.
  3. Konsumen menjadi sadar harga. Ketenaran retailer yang menawarkan off-price mempertinggi juga kesadaran konsumen akan harga.
  4. Retailer besar kadang-kadang dipandang sebagai acuh tak acuh kepada konsumen. Mereka mungkin menyediakan cukup perhatian secara personal untuk pembelanja atau mungkin kendali atas karyawan tidak optimal ( menghasilkan praktek lemah dan adanya ketidak-sragaman dari seluruh cabangnya )
  5. Pengguna system layanan mandiri mengalami peningkatan, hal itu dapat menyebabkan frustasi untuk beberapa pembelanja.
  6. Perkembangan teknologi baru menyebabkan ''kegoncangan'' bagi banyak konsumen. Mereka harus belajar perilaku belanja model baru ( seperti bagaimana cara belanja menggunakan ATM )
  7. Pengecer merupakan saluran distribusi yang melakukan kontak langsung dengan pelanggan, sehingga mereka sering disalahkan dan diminta untuk memecahkan permasalahan yang disebabkan oleh produsen ( seperti produk cacat dan cara pemakaian belum jelas )
Strategi Retail Menghadapi Tantangan

Marger, Diversifikasi, dan Downsizing

Marger merupakan penggabungan perusahaan eceran yang dimiliki secara terpisah.

 
 
Dengan diversifikasi, pengecer cenderung lebih efektif dalam bisnis, diluar operasi normal mereka dan mereka menambahkan barang atau kategori b arang lain yang berbeda.
 
Karena adanya diversifikasi dan marger, banyak ritel ukuranya tumbuh secara dramastis. Mereka belum semuanya berjalan lancer mrlalui penekatan ini.
Seperti disektor manufaktur, meskipun perusahaan kuat dan sedang berkembang mereka banyak yang melakukan aksi ''downsizing'' pada beberapa bagian ritel yang kinerjanya tidak memuaskan, seperti menutup toko yang tidak lagi menguntungkan.

 
 Penerapan Cost Containment, dan Value-driven
 
 Dengan pendekatan Cost Containment pengecer bekerja keras untuk menekan biaya investasi awal dan biaya usaha yang berkelanjutan.
 
Cost Containment dapat terpenuhi oleh satu atau lebih keputusan strategy-mix berikut ;
  • Standarisasi prosedur operasi
  • Standarisasi layout toko, ukuran dan strategi penawaran produk.
  • Pengguna lokasi sekunder, unit freestanding, dan lokasi lama dan menempati lokasi yang ditinggalkan oleh yang lain.
  • Penempatan toko dalam komunitas masyarakat lebih kecil dimana peraturan pembangunan lebih sedikit tegas, biaya tenaga kerja lebih rendah, serta biaya usaha dan konstruksi dikurangi.
  • Penggunaan material konstruksi murah, seperti lantai beton.
  • Penggunaan peralatan tetap yang lebih sederhana dan biaya disply yang murah
  • Pemebelian peralatan diperbaharui
  • Bergabung dengan kelompok kerja sama pembelian dan periklanan
  • Memberi harapan kepada pemasok untuk membiayai inventaris.
Strategi Penyesuaian
 
Salah satu tantangan utama bagi pedagang eceran adalah membuat orang menerima suatu retail sebagaimna retail yang diinginkan. dimana konsumen percaya bahwa pada retail tertentu merupakan suatu perjalanan belanja yang special.
 
Kunci sebuah retail adalah memandang, menggambarkan dan memposisikan diri mereka sebagai tempat berbelanja yang diinginkan.
 
Mereka harus bekerja keras untuk menjadi yang diinginkan oleh konsumen yang dengan sadar mencarinya, bukanya menempatkan konsumen untuk menjelajah sendiri kedalam.
 
 
 

1 komentar: